Tentang semua

Kamis, 30 Maret 2017

Hari itu..


Rabu malam, saya yang kebetulan lagi malas masak  bilang ke suami untuk keluar  makan malam di salah satu restoran dengan alasan pengen makan Tom Yam pedas. Kami berangkat berlima, saya, suami, Kezia (1 tahun 9 bulan), Kayla (5 bulan) dan adik saya sepakat pergi ke salah satu tempat makan favorit.

Sesampai di tempat, di pesan lah berbagai pesanan yang menggugah selera, dengan harapan semua bisa dinikmati dengan puas.

Yang namanya bawa anak - anak balita pasti sama "penderitaannya" buat ibu - ibu di seluruh dunia. Rasa ingin tahu, ingin cicip, ingin ini, ingin itu pasti jadi hal - hal yang "ajaib" dan "wajib" bagi anak - anak.

Demikian lah hal itu terjadi dengan saya. Saat semua pesanan mulai datang satu - persatu, "kerusuhan" mulai terjadi.

Minuman - minuman yang tersedia mulai ingin dicoba anak saya Kezia. Tak terkecuali minuman saya, langsung disambut dengan "senjatanya" yaitu  suara tangisan yg mau tidak mau harus di turuti.

Warna dan tempat minuman memang menarik bagi anak - anak, inilah yg membuat "kekacauan" muncul satu per satu. Awalnya memang masih diminum, lama kelamaan minuman pun berubah menjadi "kobokan".
Begitu juga dengan makanan, yang ujung - ujungnya jadi "mainan".
Saya yang sudah lapar berat, mau tidak mau hanya pasrah menyantap semua. Belum lagi Kayla (5 bulan)  harus dibuai dalam gendongan. Jadilah saya makan sambil berdiri karna anak - anak yang mulai beraksi. Padahal saya sudah membayangkan nikmatnya makanan dan minuman yang menggoda, belum lagi ditambah karna kelaparan.

Pada  saat lagi asyik nya makan, saya melihat mobil mewah yang parkir dengan meja yang kami duduki , kebetulan kami duduk di paling pinggir restoran dekat parkir. Seorang Bapak yang sudah tua, rapi dan perlente (ditambah ganteng) turun langsung ambil tempat  di samping meja kami tapi tidak langsung duduk.

Dia hanya berdiri dan menatap ke arah mobilnya. Hampir 5 menit dia berdiri sambil utak atik handphone dan sesekali melihat lagi ke arah mobilnya. Timbulnya juga rasa "kepo" (penyakitnya emak - emak), saya ikutan melihat ke arah parkiran mobil Bapak tersebut.

Daannn.....
Saya melihat seorang wanita yang sudah tua, dituntun pegawai restoran berjalan sangat dan sangat pelan, yang sesekali kakinya gemetar. Wajah ibu itu agak sembab dan sangat pucat, mata bengkak, rambut hampir dipenuhi uban. Kepalanya terus menunduk seolah - olah memastikan kakinya tidak tersandung.
Si Bapak tersebut belum juga duduk dan hanya terdiam dan sesekali melihat si Ibu yang masih berjalan pelan menuju meja di si Bapak.

Saya mendengar suara helaan napas panjang si Ibu saat dia duduk pas di samping saya. Barulah si Bapak ikutan duduk dan langsung membuka buku menu untuk memesan makanan.

Saya masih disibukkan dengan aksi Kezia minta minuman Papanya dan Tantenya di tambah lagi teriakan dan tangisan merengek. Saya mulai kawatir kalau - kalau suara Kezia akan mengganggu Bapak dan Ibu tersebut.

Sesekali si Ibu melihat ke arah Kezia sambil memijit - mijit sendiri jarinya. Sedangkan si Bapak masih asyik dengan handphonenya. Di sini saya tidak mau menebak apakah mereka suami istri, mengingat wajah si Ibu jauh lebih tua dari si Bapak. Saya tidak mau berpikir apapun tentang mereka. Saya hanya kawatir sewaktu - waktu si Bapak mulai terganggu dan menegur kami karena suara Kezia.

Tapi, lama - lama saya perhatikan, mereka tidak bicara satu sama lain, si ibu hanya memandang tunduk ke kanan dan kiri. Kezia tertawa senang saat dia memainkan sedotan minuman dan menuangkan minuman tersebut ke makanan saya. Dan suami saya mencoba mengajak Kezia untuk menyapa si Ibu dengan panggilan " Hai Oma", ketika si Ibu melihat ke arah mereka dan tersenyum mendengar tawa Kezia.

Kezia kembali bermain dengan sedotan dan si ibu kembali terdiam menunduk. Saya mulai sedikit risih karena melihat tidak saling bicara satu patah kata pun. Dalam hati berkata "kasihannya si ibu, tidak ada teman bicara".

Makanan mereka pun datang. Saya masih sesekali melihat mereka (dalam hati berkata, "maaf ya bu, kalau saya kepo"). Si Ibu dengan pelannya menyantap makanan yang tersedia, tetap dalam posisi diam satu sama lain. Dan saat bersamaan Kezia mulai terusik dengan handphone dengan anak kecil yang terlihat ada tayangan video kartun. Kezia mulai teriak minta didekatkan ke arah anak kecil tersebut.

Saat kejadian itu semua berlangsung, dalam hati bertanya.
"Suaminya kah di depannya?, sedang sakit apakah dia, adakah anak cucu nya?, Mengapa mereka cuma berdua?mengapa mereka diam terus? Apa yg dirasakan Ibu itu saat mendengar suara Kezia?

Padahal..

"Mobil mewah ada siap membawa kemana aja.

Pakaian indah siap menutupi dan menghiasi badan

Makanan - makanan enak tersedia tinggal disantap

Tapi kalau hanya diam seribu bahasa seperti tidak saling mengenal.

Seraya aku bersyukur bahwa ku harus menikmati hari - hari selama ini, dimana ;
Sibuk rapikan rumah, yang dalam sekejap mata sudah jadi kapal pecah  karna mainan Kezia.
Jarang ke salon, karna takut kelamaan meninggalkan anak - anak.
Rapikan almari yang pakaian dikeluarkan Kezia  jadi tempat persembunyian kalo lagi buat kesalahan.
Harus rajin - rajin membersihkan remahan di lantai krna makan sambil lari sambil kejar - kejaran dgn Kezia.
Harus mengganti handphone tantenya yang dicelupkan Kezia ke dalam mangkuk berisi air, serasa mencelup biskuit oreo.




Mendengar curhatan suami tentang kantor, tetangga, keluarga dll,  yang kadangkala pura - pura jadi tuli.(bosan..itu2 aja yang diomongin)
Sediakan pakaian suami, yg menurutku kayaknya suami kena amnesia kalo sudah berhubungan dgn tempat pakaian.
Dan masih banyak kesibukan yang membuatku menjadi pribadi penting dalam keluarga.
Semua akan kujalani dengan ikhlas tanpa bersungut - sungut lagi

Kembali ku melihat si Ibu dan berdoa semoga cepat pulih kesehatannya bahagia bersama keluarga. Maaf kan saya bu, saya terlalu banyak menilai kalian berdua.

Hmmmm...

Saat ku menyadari keadaan,
Ternyata makanankuuuu...







Tidak ada komentar:

Posting Komentar